Rev MAT 3/A/12
PROGRESSIVISME DALAM PERUBAHAN PRILAKU
ANAK
Asas Filosofi Progressivisme (Ontologi,
Epistemology, Aksiologi)
1. Pandangan
Ontologi Progressivisme
Secara ontologi
progressivisme adalah pengalaman yang diartikan sebagai ciri dinamika hidup,
dan hidup adalah perjuangan tindakan dan perbuatan.
Menurut ontologi
progressivisme potensi intelegensi ini meliputi mengingat, imajinasi,
menghubung-hubungkan, berkomunikasi (sosial) dan lain-lain. Eksistensi dan realita
mind (pikiran) hanyalah didalam aktivitas dalam tingkah laku. Mind (pikiran)
ialah apa yang manusia lakukan. Dan mind (pikiran) pada prinsipnya adalah yang
berperan didalam pengalaman.
Jelaslah, bahwa
selain kemajuan atau progress, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian
yang cukup dari progresivisme. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme,
ide-ide, teori-teori atau cita-cita tidaklah cukup diakui sebagai hal-hal yang
ada, tetapi yang ada ini haruslah dicari artinya bagi suatu kemajuan atau
maksud-maksud yang lainnya. Di samping itu manusia harus dapat memfungsikan
jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan dengan silih
berganti.
2. Pandangan
Epistemologi Progressivisme
Secara
epistemologi progressivisme yaitu Pengetahuan dimana informasi, fakta, hukum
prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses
interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung
melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya,
ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan (buku-buku,
perpustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Makin
sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita
dalam praktek, maka makin besar persiapan kita menghadapi tuntutan masa depan.
Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru didalam
lingkungan. Kebeneran adalah kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran
adalah konsekuen daripada suatu ide, realita penegtahuan dan daya guna didalam
hidup (Nor Syam, 1986:236).
3. Pandangan
Aksiologi Progressivisme
Secara aksiologi progressivisme adalah nilai yang dapat dilihat dari:
a. Approach
empiris (pendekatan pengalaman) yaitu nilai etika dan sosial dalam pendidikan
adalah nilai instrumental (baik untuk lingkungan atau masyarakat) dan nilai
instrinsik (menjadi baik untuk dirinya sendiri), nilai sosial dan nilai
individu, perkembangan sebagai nilai.
b. approach
artistic (pendekatan kepada nilai yang memperkaya ekspressi manusia) dalam
pendidikan yaitu :
1. Nilai
estetika yang mana nilai ini adalah nilai keindahan yang dinikmati hidup atau
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. misalnya seseorang melihat
matahari terbenam di sore hari maka akan menimbulkan perasaan senang karena
melihat betapa indahnya matahari terbenam.
2. ilmu
pengetahuan dan seni. ilmu dan seni tidak dapat dipisahkan, melainkan suatu
prestasi manusia. bahkan, dalam proses penciptaan hasil-hasil seni, bukanlah
semata-mata fungsi-funsi kreatif saja melainkan juga fungsi-fungsi berpikir.
seperti membuat barang-barang keramik, menenun dan juga seperti melukis dan
bermusik.
Dasar Filosofis Progresivisme
Progresivisme
beranggapan bahwa kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh manusia tidak lain
adalah karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan
berdasarkan logika dan sistematis berfikir ilmiah. Oleh karena itu, tugas
pendidikan adalah melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan
masalah kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna
bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Ilmu
pengetahuan diperoleh manusia dari proses interaksinya dengan berbagai realita,
baik melalui pengalaman langsung ataupun tidak langsung. Karena pengetahuan itu
adalah saran bagi kemajuan manusia.
Dengan
demikian, ilmu pengetahuan disini sangat dinamis dan berubah sesuai dengan
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Ilmu pengetahuan adalah bukti nyata suatu
kemajuan manusia dalam menjalani kehidupan. Semakin banyak ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dihasilkan oleh manusia maka semakin maju pulalah suatu
masyarakat.
Aliran
ini memandang, bahwa yang rill adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan
dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Manusia adalah makhluk fisik yang
berevolusi secara biologi, sosial dan psikologis dan karena itu manusia terus
menerus akan berkembang ke arah yang lebih baik dan pengembangan, karena memang
ia adalah organism yang aktif, yang secara terus menerus merekonstruksi,
menginterpretasi dan mereorganisasikan kembali berbagai pengalamannya, sehingga
manusia akan selalu menemukan pengetahuan untuk, kemajuan dirinya tanpa henti.
Jadi, manusia sesuatu yang hakikatnya ini akan selalu menunjuk ke arah
kemajuan. Esensi kemanusiaan adalah semangat untuk mengadakan
perubahan-perubahan menuju kemajuan-kemajuan. Dan oleh karena itu, lembaga
pendidikan mestilah berfungsi sebagai wahana penumbuhkembangan days kreafivitas
subjek didiknya agar memiliki kemampuan dalam mengatasiberbagai problem diri
dan masyarakatnya, sehingga memiliki semangat mengadakan
pembaharuan-pembaharuan yang berguna bagi pengembangan diri dan masyarakatnya
progresivisme berpendapat bahwa akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin
mencari tabu dan meneliti, sehingga ia tidak mudah menerima begitu saja suatu
pandangan atau pendapat sebelum ia benar-benar membuktikan kebenarannya secara
empiris.
Pemikiran Progresivisme Tentang
Pendidikan
Asas
pokok aliran ini adalah bahwa manusia selalu tetap survive terhadap semua
tantangan kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa mengalami kemajuan.
Oleh karena itu aliran ini selalu memandang bahwa pendidikan tidak lain tidak
bukan adalah proses perkembangan, sehingga seorang pendidik mesti selalu siap
untuk senantiasa memodifikasi berbagai metode dan strategi dalam pengupayaan
ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan-perubahan yang menjadi
kecenderungan dalam suatu masyarakat.
Aliran
progresivisme sangat memberikan penghargaan yang tinggi terhadap individualisms
anak didik, namun ia juga menjunjung tinggi sikap sosialitas, sehingga corak
aktivitas pembelajaran yang ditonjolkan lebih pada kooperasi dari kompetisi.
Progresivisme juga menempatkan pengajaran bahasa asing keno dan modern sebagai
suatu yang dibutuhkan bagi subjek didik sekolah tingkat menengah pertama, sebab
hanya dengan cara demikian pars subjek didik akan dapat mengenal dunia secara
baik dan luas.
Implementasi Asas Filosofi Progressivisme
Dalam Perubahan Tingkah Laku Anak
Pandangan
mengenai belajar, filsafat progressivisme mempunyai konsep bahwa anak didik
mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Maka filsafat progressivisme mengakui
anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan untuk berkembang dan mengakui
individu atau anak-anak pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan
dinamis dalam menghadapi lingkungannya.
John
Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Artinya disini
sebagai proses pertumbuhan dan proses dimana anak didik dapat mengambil
kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu dinding
pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik
tidak cukup disekolah saja. Jadi sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi
pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Artinya sekolah adalah
bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus mengupayakan pelestarian
karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar. Untuk dapat
melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat
memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau
kekhususan daerah itu. Untuk itu filsafat progressivisme menghendaki isi
pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat (praktek)”.
John
Locke mengemukakan, bahwa sekolah hendaknya ditujukan untuk kepentingan
pendidikan anak. Kemudian Jean Jacques Rosseau menyatakan anak harus dididik
sesuai dengan alamnya, jangan dipandang dari sudut orang dewasa. Anak bukanlah
miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya sendiri, yaitu
berlainan sekali dengan alam orang dewasa.
Maka
sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan sebagai wadah pembinaan dan
pendidikan anak-anak didik dalam rangka menumbuh kembangkan segenap
potensi-potensinya agar berkembang kearah maksiamal. Guru sebagai pendidik
bertanggung jawab akan tugas pendidikannya. Seluruh aktivitas-aktivitas yang
dijalankan guru harus diperuntukkan untuk kepentingan anak didik. Metode
mengajar dengan dasar filsafat pendidikan progresivisme antara lain adalah:
• Memberikan
soal latihan dalam bentuk teka-teki kepada anak didik.
• Membuat kelompok
atau grup belajar, dengan mengelompokkan minat masing-masing anak pada suatu
topik.
• Membicarakan
topik hangat yang sedang beredar di masyarakat secara bersama-sama di dalam
ruang kelas.
Asas belajar
aliran ini dapat di ikhtisarkan dalam pokok-pokok yaitu :
1. Interest ,
minat anak
2. Effort, usaha
berupa self-activity
3. Purpose,
tujuan yang jelas untuk apa ia belajar atau apa gunanya belajar
4. Intellegensi,
potensi untuk mengerti, memecahkan masalah, komunikasi dan daya cipta
5. Habit, yakni
kebiasaan yang sudah ada, dan pembinaan pola-pola kebiasaan baru yang lebih
efektif
6. Growth,
pengalaman-pengalaman harus mendorong perkembangan pribadi, demikian
seterusnya.
7. Organism,
anak adalah satu unit organism, ia belajar dengan seluruh kepribadiannya, baik
jiwa maupun badaniah
8. Culture,
lingkungan alamiah, adalah realitas yang dalam batas-batas tertentu dapat
dibina manusia. Lingkungan sosial-budaya adalah produk karya dan cipta manusia.
Kebudayaan tetap merupakan wujud yang mempunyai antar hubungan dengan
perkembangan pribadi.
Jadi aliran
progressivisme dalam perubahan tingkah laku anak didik ini menekankan adanya
perubahan menuju kemajuan dari perkembangan pengetahuan anak didik tersebut