Rabu, 10 Desember 2014

IMPLEMENTASI PROGRESSIVISME DALAM PENDIDIKAN (filsafat 1)



Pendidikan Mtematika/3A/13

IMPLEMENTASI PROGRESSIVISME DALAM PENDIDIKAN
Asas Filosofi Progressivisme (Ontologi, Epistemology, Aksiologi)
1. Pandangan ontologi, progressivisme
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat ada, yang merupakan ultimate reality (pokok realitas/kenyataan) baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Ontologi progressivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat, Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan tindakan dan perbuatan.
Jadi dapat digambarkan pandangan ontologi yaitu tentang hakekat eksistensi dan realita yaitu :
a. Asas Hereby atau asas keduniawian , dimana realita semesta sebagai kosmos (jagad raya) dengan istilah “universe” berarti eksistensi (wujud) yang amat luas tak terbatas. Adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman sebagai realita. Manusia dalam ontologi sesungguhnya mencari dan menghadapi secara langsung suatu realita disini dan sekarang yakni sebagai lingkungan hidup. Menurut Dewey pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu. Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.
b. Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia mampu hidup karena fungsi-fungsi jiwa yang ia miliki. Menurut ontologi progressivisme potensi intelegensi ini meliputi mengingat, imajinasi, menghubung-hubungkan, berkomunikasi (sosial) dan lain-lain. Eksistensi dan realita mind (pikiran) hanyalah didalam aktivitas dalam tingkah laku. Mind (pikiran) ialah apa yang manusia lakukan. Dan mind (pikiran) pada prinsipnya adalah yang berperan didalam pengalaman.
Jelaslah, bahwa selain kemajuan atau progress, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang cukup dari progresivisme. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme, ide-ide, teori-teori atau cita-cita tidaklah cukup diakui sebagai hal-hal yang ada, tetapi yang ada ini haruslah dicari artinya bagi suatu kemajuan atau maksud-maksud yang lainnya. Di samping itu manusia harus dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan dan yang silih berganti.
2. Pandangan Epistemologi Progressivisme
Epistemology adalah studi tentang pengetahuan atau teori pengetahuan yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan (buku-buku, perpustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka makin besar persiapan kita menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru didalam lingkungan. Kebeneran adalah kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran adalah konsekuen daripada suatu ide, realita penegtahuan dan daya guna didalam hidup (Nor Syam, 1986:236).
3. Pandangan Aksiologi Progressivisme
Aksiologi yaitu suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (Value). Nilai tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra syarat. Nilai-nilai sebenarnya lahir dari keinginan, dorongan, perasaan, kebiasaan, manusia sesuai dengan watak manusia. Nilai-nilai ialah sesuatu yang ada didalam kehidupan sebagai realita, dan dapat dimengerti manusia sebagai wujud, pengetahuan dan ide. dalam aksiologi progressivisme nilai dapat dilihat dari:
a. Approach empiris (pendekatan pengalaman) yaitu nilai etika dan sosial dalam pendidikan adalah nilai instrumental (baik untuk lingkungan atau masyarakat) dan nilai instrinsik (menjadi baik untuk dirinya sendiri), nilai sosial dan nilai individu, perkembangan sebagai nilai.
b. approach artistic (pendekatan kepada nilai yang memperkaya ekspressi manusia) dalam pendidikan yaitu :
1. Nilai estetika yang mana nilai ini adalah nilai keindahan yang dinikmati hidup atau berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. misalnya seseorang melihat matahari terbenam di sore hari maka akan menimbulkan perasaan senang karena melihat betapa indahnya matahari terbenam.
2. ilmu pengetahuan dan seni. ilmu dan seni tidak dapat dipisahkan, melainkan suatu prestasi manusia. bahkan, dalam proses penciptaan hasil-hasil seni, bukanlah semata-mata fungsi-funsi kreatif saja melainkan juga fungsi-fungsi berpikir. seperti membuat barang-barang keramik, menenun dan juga seperti melukis dan bermusik.
Dalam aliran progresif ini Proses belajar mengajar di kelas ditandai dengan beberapa hal antara lain :
Guru merencanakan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
Selain membaca buku siswa juga diharuskan berinteraksi dengan alam misalnya melalui kerja lapangan atau lintas alam.
Guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang siswa untuk berpikir.
Siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk membangun pemahaman sosial.
Kurikulum menekankan studi alarm dan siswa dipajankan (exposed) terhadap perkembangan barn dalam saintifik dan sosial.
Pendidikan sebagai proses yang terns menerus memperkaya siswa umuk tumbuh, bukan sekedar menyiapkan siswa untuk kehidupan dewasa. Para pendidik aliran ini sangat menentang praktik sekolah tradisional, khususnya dalam lima hal : (1) guru yang otoriter, (2) terlampau mengandalkan metode berbasis buku teks, (3) pembelajaran pasif dengan mengingat fakta (4) filsafat empat tembok, yakni terisolasinya pendidikandari kehidupan nyata, dan (5) penggunaan rasa takut atau hukuman badan sebagai alat untuk menanamkan disiplin pada siswa.
Dasar Filosofis Progresivisme
Progresivisme beranggapan bahwa kemajuan -kemajuan yang telah dicapai oleh manusia tidak lain adalah karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logic dan sistematisasi berfikir ilmiah. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan masalah kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Ilmu pengetahuan diperoleh manusia dari proses interaksinya dengan berbagai realita, baik melalui pengalaman langsung ataupun tidak langsung. sebagai pragmatisme, aliran ini memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang bermanfaat, karena pengetahuan itu adalah saran bagi kemajuan manusia.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan disini sangat dinamis dan berubah sesuai dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Ilmu pengetahuan adalah bukti nyata suatu kemajuan manusia dalam menjalani kehidupan. Semakin banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan oleh manusia maka semakin maju pulalah suatu masyarakat.
Aliran ini memandang, bahwa yang rill adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Manusia adalah makhluk fisik yang berevolusi secara biologic, social dan psikologis dan karena itu manusia terus menerus akan berkembang ke arah yang lebih baik dan pengembangan, karena memang ia adalah organisms yang aktif, yang secara terus menerus merekonstruksi, menginterpretasi dan mereorganisasikan kembali berbagai pengalamannya, sehingga manusia akan selalu menemukan pengetahuan untuk, kemajuan dirinya tanpa henti. Jadi, manusia sesuatu yang hakikatnya ini akan selalu menunjuk ke arah kemajuan. Esensi kemanusiaan adalah semangat untuk mengadakan perubahan-perubahan menuju kemajuan-kemajuan. Dan oleh karena itu, lembaga pendidikan mestilah berfungsi sebagai wahana penumbuhkembangan days kreafivitas subjek didiknya agar memiliki kemampuan dalam mengatasiberbagai problem diri dan masyarakatnya, sehingga memiliki semangat mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang berguna bagi pengembangan diri dan masyarakatnya progresivisme berpendapat bahwa akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin mencari tabu dan meneliti, sehingga ia tidak mudah menerima begitu saja suatu pandangan atau pendapat sebelum ia benar-benar membuktikan kebenarannya secara empiris.[5]
Untuk merealisasikan harapan tersebut, mendasarkan diri pada prinsip¬prinsip dasar progresivisme oleh George F. Kneller, dapat dirincikan menjadi enam yaitu:
1.      Pendidikan harus lebih "aktif' dan berkaitan dengan minat anak Progresivisme menekankan perlunya memusatkan pendidikan pada anak sebagaimana adanya. Anak sebagai suatu keutuhan pribadi mempunyai dunianya sendiri yang mesti dihormati dan dijadikan pangkal tolah untuk kegiatan pendidikan. Sekolah mesti berpusat pada anak sehingga proses belajar dan bahan atau mated belajar tidak hanya ditemukan oleh guru melainkan didasarkan pada minat dan kebutuhan anak sendiri.
2.      Belajar melalui pemecahan masalah mesti menggantikan cars belajar yang menekankan penerimaan beban jadi. Bagi progresivisme pengetahuan merupakan alat untuk menangani situasi yang terus menerus dimunculkan oleh gerak pewbahan hidup. Bermakna, maka kits mesti dapat berbuat sesuatu dengan pengetahuan tersebut.
3.      Pendidikan mesti merupakan beban hidup sendiri dan bukan hanya suatupersiapan untuk hidup. Semua hidup yang dinalar merupakan suatukegiatan belajar karena hal itu melibatkan penafsiran dan penataankembali pengalaman.
4.      Peranan guru lebih sebagai pendamping dan penasehat daripada sebagai penentu pokok Minas dan kebutuhan anak didiklah yang mesti menjadi pokok tentang apa yang semestinya mereka pelajari. Anak-anak mesti dibimbing untuk merencanakan kegiatan belajar mereka. Guru menyediakan fasilitas dengan memberikan pengetahuan danpengalamannya yang lebih luas untuk mereka gunakan, dan apabila mengalami kemacetan guru perlu menolong.
5.      Sekolah mesti mendorong adanya kerjasama di antara murid-murid dan bukan persaingan. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial dan mendapatkan kepuasannya terbesar dari hubungan-hubungan mereka satu sama lain.
6.      Demokrasi memungkinkan dan mendorong adanya pencaturan bebas gagasan dan pencaturan macam-macam pribadi yang merupakan syarat penting untuk pertumbuhan. Bagi kaum progresif kerjasama dan demokrasi merupakan pengalaman yang dijalani bersama, sepetti dinyatakan oleh Dewey: "suatu demokrasi itu lebih daripada sekedar suatu bentuk pemerintahan. Demokrasi pertama-tama merupakan suatu bentuk kehidupan bersama; suatu pengalaman komunikatif yang digabungkan.
Pemikiran Progresivisme Tentang Pendidikan
Asas pokok aliran ini adalah bahwa manusia selalu tetap survive terhadap semua tantangan kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa mengalami kemajuan. Oleh karena itu aliran ini selalu memandang bahwa pendidikan tidak lain tidak bukan adalah proses perkembangan, sehingga seorang pendidik mesti selalu siap untuk senantiasa memodifikasi berbagai metode dan strategi dalam pengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan-perubahan yang menjadi kecenderungan dalam suatu masyarakat.
Aliran progresivisme sangat memberikan penghargaan yang tinggi terhadap individualisms anak didik, namun ia juga menjunjung tinggi sikap sosialitas, sehingga corak aktivitas pembelajaran yang ditonjolkan lebih pada kooperasi dari kompetisi. Progresivisme juga menempatkan pengajaran bahasa asing keno dan modern sebagai suatu yang dibutuhkan bagi subjek didik sekolah tingkat menengah pertama, sebab hanya dengan cara demikian pars subjek didik akan dapat mengenal dunia secara baik dan luas.
Keyakinan-Keyakinan progresivisme tentang pendidikan
Istilah progresivisme dalam bagian ini akan dipakai dalam hubungannya dengan pendidikan, dan menunjukkan sekelompok keyakinan-keyakinan yang tersusun secara harmonis dan sistematis dalam hal mendidik.Keyakinan¬keyakinan yang didasarkan pada sekelompok keyakinan filsafat yang lazim disebut orang pragmatism, instrumentalisme, dan eksperimentalisme.
Progresivisme sebagai filsafat dan progresifisme sebagai pendidikan keras sekali hubungannya dengan kepercayaan yang sangat luas dari John Dewey dalam lapangan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dalam bukunya Democracy And Aducation. Disini Dewey memperlihatkan keyakinan-keyakinan dan wawasanya tentang pendidikan, serta mempraktekkannya disekolah-sekolah yang ia dirikan Menurut Dewey tujuan umum pendidikan ialah warga masyarakat yang demokratis. Isi pendidikanya lebih mengutamakan bidang studi yang berguna atau langsung bisa dirasakan oleh masyarakat seperti IPA, Sejarah, dan keterampilan.Progresivisme tidak menghendaki adanya mats pelajaran yang diberikan secara terpisah, melainkan hams diusahakan terintegrasi dalam unit. Karena suatu perubahan selalu terjadi maka diperlukan fleksibilitas dalam pelaksanaannya, dalam arti tidak kaku, tidak menghindar, dari perubahan, tidak terikat le suatu dokrin tertentu, bersifat ingin tabu, toleran, berpandangan luas serta terbuka.
Implementasi Asas Filosofi Progressivisme Dalam Teori / Asas Belajar
Pandangan mengenai belajar, filsafat progressivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Maka filsafat progressivisme mengakui anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan untuk berkembang dan mengakui individu atau anak-anak pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Artinya disini sebagai proses pertumbuhan dan proses dimana anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup disekolah saja. Jadi sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Artinya sekolah adalah bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itu filsafat progressivisme menghendaki isi pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat (praktek)”.
John Locke mengemukakan, bahwa sekolah hendaknya ditujukan untuk kepentingan pendidikan anak. Kemudian Jean Jacques Rosseau menyatakan anak harus dididik sesuai dengan alamnya, jangan dipandang dari sudut orang dewasa. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya sendiri, yaitu berlainan sekali dengan alam orang dewasa.
Maka sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan sebagai wadah pembinaan dan pendidikan anak-anak didik dalam rangka menumbuh kembangkan segenap potensi-potensinya agar berkembang kearah maksiamal. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab akan tugas pendidikannya. Seluruh aktivitas-aktivitas yang dijalankan guru harus diperuntukkan untuk kepentingan anak didik. Metode mengajar dengan dasar filsafat pendidikan progresivisme antara lain adalah:
• Memberikan soal latihan dalam bentuk teka-teki kepada anak didik.
• Membuat kelompok atau grup belajar, dengan mengelompokkan minat masing-masing anak pada suatu topik.
• Membicarakan topik hangat yang sedang beredar di masyarakat secara bersama-sama di dalam ruang kelas.
Asas belajar aliran ini dapat di ikhtisarkan dalam pokok-pokok yaitu :
1. Interest , minat anak
2. Effort, usaha berupa self-activity
3. Purpose, tujuan yang jelas untuk apa ia belajar atau apa gunanya belajar
4. Intellegensi, potensi untuk mengerti, memecahkan masalah, komunikasi dan daya cipta
5. Habit, yakni kebiasaan yang sudah ada, dan pembinaan pola-pola kebiasaan baru yang lebih efektif
6. Growth, pengalaman-pengalaman harus mendorong perkembangan pribadi, demikian seterusnya.
7. Organism, anak adalah satu unity organism, ia belajar dengan seluruh kepribadiannya, baik jiwa maupun badaniah
8. Culture, lingkungan alamiah, adalah realitas yang dalam batas-batas tertentu dapat dibina manusia. Lingkungan sosial-budaya adalah produk karya dan cipta manusia. Kebudayaan tetap merupakan wujud yang mempunyai antar hubungan dengan perkembangan pribadi.

 Implementasi Azas Filosofi Progressivisme Dalam Kurikulum
Selain kemajuan atau progres, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang cukup dari progresivisme. Untuk itu filsafat progresivisme menunjukkan dengan konsep dasarnya sejenis kurikulum yang program pengajarannya dapat mempengaruhi anak belajar secara edukatif baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, tentunya dibutuhkan sekolah yang baik dan kurikulum yang baik pula.
Pendidikan dilaksanakan di sekolah dengan anggapan bahwa sekolah dipercaya oleh masyarakat untuk membantu perkembangan pribadi anak. Faktor anak merupakan faktor yang cukup urgen (penting), karena sekolah didirikan untuk anak. Karena itu hak pribadi anak perlu diutamakan, bukan diciptakan sekehendak yang mendidiknya. Dengan kata lain anak hendaknya dijadikan sebagai subyek pendidikan bukan sebagai obyek pendidikan.
Untuk memenuhi keutuhan tersebut, maka filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes (fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya. Karena itu kurikulum harus dapat mewadahi aspirasi anak, orangtua serta masyarakat. Maka kurikulum yang edukatif dan eksperimental dapat memenuhi tuntutan itu. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum. Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam satu unit. Dengan demikian inti kurikulum mengandung ciri-ciri kurikulum yang menyatu, metode yang diutamakan yaitu problem solving (memecahkan masalah pada anak).
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dengan berlandaskan sekolah sambil berbuat inilah praktek kerja di laboratorium, di bengkel, di kebun (Iapangan) merupakan kegiatan belajar yang dianjurkan dalam rangka terlaksananya learning by doing. Dalam hal ini, filsafat progresivisme ingin membentuk keluaran (out-put) yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah yang memiliki keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan di masyarakat luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar