Pendidikan Mtematika/3A/13
IMPLEMENTASI PROGRESSIVISME DALAM
PENDIDIKAN
Asas Filosofi Progressivisme (Ontologi,
Epistemology, Aksiologi)
1. Pandangan
ontologi, progressivisme
Ontologi
adalah ilmu yang membahas tentang hakikat ada, yang merupakan ultimate reality
(pokok realitas/kenyataan) baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak. Ontologi progressivisme mengandung pengertian dan kualitas
evolusionistis yang kuat, Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan
hidup adalah perjuangan tindakan dan perbuatan.
Jadi dapat
digambarkan pandangan ontologi yaitu tentang hakekat eksistensi dan realita
yaitu :
a. Asas Hereby
atau asas keduniawian , dimana realita semesta sebagai kosmos (jagad raya)
dengan istilah “universe” berarti eksistensi (wujud) yang amat luas tak
terbatas. Adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab
kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman sebagai
realita. Manusia dalam ontologi sesungguhnya mencari dan menghadapi secara
langsung suatu realita disini dan sekarang yakni sebagai lingkungan hidup.
Menurut Dewey pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu.
Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan
perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu
mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.
b. Pikiran
(mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia mampu hidup karena fungsi-fungsi
jiwa yang ia miliki. Menurut ontologi progressivisme potensi intelegensi ini
meliputi mengingat, imajinasi, menghubung-hubungkan, berkomunikasi (sosial) dan
lain-lain. Eksistensi dan realita mind (pikiran) hanyalah didalam aktivitas
dalam tingkah laku. Mind (pikiran) ialah apa yang manusia lakukan. Dan mind
(pikiran) pada prinsipnya adalah yang berperan didalam pengalaman.
Jelaslah, bahwa
selain kemajuan atau progress, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian
yang cukup dari progresivisme. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme,
ide-ide, teori-teori atau cita-cita tidaklah cukup diakui sebagai hal-hal yang
ada, tetapi yang ada ini haruslah dicari artinya bagi suatu kemajuan atau
maksud-maksud yang lainnya. Di samping itu manusia harus dapat memfungsikan
jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan dan yang silih
berganti.
2. Pandangan
Epistemologi Progressivisme
Epistemology
adalah studi tentang pengetahuan atau teori pengetahuan yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum
prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses
interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung
melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya,
ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan (buku-buku,
perpustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Makin
sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam
praktek, maka makin besar persiapan kita menghadapi tuntutan masa depan.
Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru didalam
lingkungan. Kebeneran adalah kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran
adalah konsekuen daripada suatu ide, realita penegtahuan dan daya guna didalam
hidup (Nor Syam, 1986:236).
3. Pandangan
Aksiologi Progressivisme
Aksiologi
yaitu suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (Value). Nilai tidak timbul
dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra syarat.
Nilai-nilai sebenarnya lahir dari keinginan, dorongan, perasaan, kebiasaan,
manusia sesuai dengan watak manusia. Nilai-nilai ialah sesuatu yang ada didalam
kehidupan sebagai realita, dan dapat dimengerti manusia sebagai wujud, pengetahuan
dan ide. dalam aksiologi progressivisme nilai dapat dilihat dari:
a. Approach
empiris (pendekatan pengalaman) yaitu nilai etika dan sosial dalam pendidikan
adalah nilai instrumental (baik untuk lingkungan atau masyarakat) dan nilai
instrinsik (menjadi baik untuk dirinya sendiri), nilai sosial dan nilai
individu, perkembangan sebagai nilai.
b. approach
artistic (pendekatan kepada nilai yang memperkaya ekspressi manusia) dalam
pendidikan yaitu :
1. Nilai
estetika yang mana nilai ini adalah nilai keindahan yang dinikmati hidup atau
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. misalnya seseorang melihat
matahari terbenam di sore hari maka akan menimbulkan perasaan senang karena
melihat betapa indahnya matahari terbenam.
2. ilmu
pengetahuan dan seni. ilmu dan seni tidak dapat dipisahkan, melainkan suatu
prestasi manusia. bahkan, dalam proses penciptaan hasil-hasil seni, bukanlah
semata-mata fungsi-funsi kreatif saja melainkan juga fungsi-fungsi berpikir.
seperti membuat barang-barang keramik, menenun dan juga seperti melukis dan
bermusik.
Dalam aliran progresif ini Proses
belajar mengajar di kelas ditandai dengan beberapa hal antara lain :
Guru
merencanakan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
Selain membaca
buku siswa juga diharuskan berinteraksi dengan alam misalnya melalui kerja
lapangan atau lintas alam.
Guru
membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang siswa untuk
berpikir.
Siswa didorong
untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk membangun pemahaman sosial.
Kurikulum
menekankan studi alarm dan siswa dipajankan (exposed) terhadap perkembangan
barn dalam saintifik dan sosial.
Pendidikan
sebagai proses yang terns menerus memperkaya siswa umuk tumbuh, bukan sekedar
menyiapkan siswa untuk kehidupan dewasa. Para pendidik aliran ini sangat
menentang praktik sekolah tradisional, khususnya dalam lima hal : (1) guru yang
otoriter, (2) terlampau mengandalkan metode berbasis buku teks, (3) pembelajaran
pasif dengan mengingat fakta (4) filsafat empat tembok, yakni terisolasinya
pendidikandari kehidupan nyata, dan (5) penggunaan rasa takut atau hukuman
badan sebagai alat untuk menanamkan disiplin pada siswa.
Dasar Filosofis Progresivisme
Progresivisme
beranggapan bahwa kemajuan -kemajuan yang telah dicapai oleh manusia tidak lain
adalah karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan
berdasarkan tata logic dan sistematisasi berfikir ilmiah. Oleh karena itu,
tugas pendidikan adalah melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam
memecahkan masalah kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan
yang berguna bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Ilmu
pengetahuan diperoleh manusia dari proses interaksinya dengan berbagai realita,
baik melalui pengalaman langsung ataupun tidak langsung. sebagai pragmatisme,
aliran ini memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang bermanfaat, karena
pengetahuan itu adalah saran bagi kemajuan manusia.
Dengan
demikian, ilmu pengetahuan disini sangat dinamis dan berubah sesuai dengan
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Ilmu pengetahuan adalah bukti nyata suatu
kemajuan manusia dalam menjalani kehidupan. Semakin banyak ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dihasilkan oleh manusia maka semakin maju pulalah suatu
masyarakat.
Aliran
ini memandang, bahwa yang rill adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan
dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Manusia adalah makhluk fisik yang
berevolusi secara biologic, social dan psikologis dan karena itu manusia terus
menerus akan berkembang ke arah yang lebih baik dan pengembangan, karena memang
ia adalah organisms yang aktif, yang secara terus menerus merekonstruksi,
menginterpretasi dan mereorganisasikan kembali berbagai pengalamannya, sehingga
manusia akan selalu menemukan pengetahuan untuk, kemajuan dirinya tanpa henti.
Jadi, manusia sesuatu yang hakikatnya ini akan selalu menunjuk ke arah
kemajuan. Esensi kemanusiaan adalah semangat untuk mengadakan
perubahan-perubahan menuju kemajuan-kemajuan. Dan oleh karena itu, lembaga
pendidikan mestilah berfungsi sebagai wahana penumbuhkembangan days kreafivitas
subjek didiknya agar memiliki kemampuan dalam mengatasiberbagai problem diri
dan masyarakatnya, sehingga memiliki semangat mengadakan pembaharuan-pembaharuan
yang berguna bagi pengembangan diri dan masyarakatnya progresivisme berpendapat
bahwa akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin mencari tabu dan meneliti,
sehingga ia tidak mudah menerima begitu saja suatu pandangan atau pendapat
sebelum ia benar-benar membuktikan kebenarannya secara empiris.[5]
Untuk
merealisasikan harapan tersebut, mendasarkan diri pada prinsip¬prinsip dasar
progresivisme oleh George F. Kneller, dapat dirincikan menjadi enam yaitu:
1. Pendidikan harus lebih "aktif' dan
berkaitan dengan minat anak Progresivisme menekankan perlunya memusatkan
pendidikan pada anak sebagaimana adanya. Anak sebagai suatu keutuhan pribadi
mempunyai dunianya sendiri yang mesti dihormati dan dijadikan pangkal tolah
untuk kegiatan pendidikan. Sekolah mesti berpusat pada anak sehingga proses
belajar dan bahan atau mated belajar tidak hanya ditemukan oleh guru melainkan
didasarkan pada minat dan kebutuhan anak sendiri.
2. Belajar melalui pemecahan masalah mesti
menggantikan cars belajar yang menekankan penerimaan beban jadi. Bagi
progresivisme pengetahuan merupakan alat untuk menangani situasi yang terus
menerus dimunculkan oleh gerak pewbahan hidup. Bermakna, maka kits mesti dapat
berbuat sesuatu dengan pengetahuan tersebut.
3. Pendidikan mesti merupakan beban hidup
sendiri dan bukan hanya suatupersiapan untuk hidup. Semua hidup yang dinalar
merupakan suatukegiatan belajar karena hal itu melibatkan penafsiran dan
penataankembali pengalaman.
4. Peranan guru lebih sebagai pendamping dan
penasehat daripada sebagai penentu pokok Minas dan kebutuhan anak didiklah yang
mesti menjadi pokok tentang apa yang semestinya mereka pelajari. Anak-anak
mesti dibimbing untuk merencanakan kegiatan belajar mereka. Guru menyediakan
fasilitas dengan memberikan pengetahuan danpengalamannya yang lebih luas untuk
mereka gunakan, dan apabila mengalami kemacetan guru perlu menolong.
5. Sekolah mesti mendorong adanya kerjasama
di antara murid-murid dan bukan persaingan. Manusia pada dasarnya merupakan
makhluk sosial dan mendapatkan kepuasannya terbesar dari hubungan-hubungan
mereka satu sama lain.
6. Demokrasi memungkinkan dan mendorong
adanya pencaturan bebas gagasan dan pencaturan macam-macam pribadi yang
merupakan syarat penting untuk pertumbuhan. Bagi kaum progresif kerjasama dan
demokrasi merupakan pengalaman yang dijalani bersama, sepetti dinyatakan oleh
Dewey: "suatu demokrasi itu lebih daripada sekedar suatu bentuk
pemerintahan. Demokrasi pertama-tama merupakan suatu bentuk kehidupan bersama; suatu
pengalaman komunikatif yang digabungkan.
Pemikiran Progresivisme Tentang
Pendidikan
Asas
pokok aliran ini adalah bahwa manusia selalu tetap survive terhadap semua
tantangan kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa mengalami kemajuan.
Oleh karena itu aliran ini selalu memandang bahwa pendidikan tidak lain tidak
bukan adalah proses perkembangan, sehingga seorang pendidik mesti selalu siap
untuk senantiasa memodifikasi berbagai metode dan strategi dalam pengupayaan
ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan-perubahan yang menjadi
kecenderungan dalam suatu masyarakat.
Aliran
progresivisme sangat memberikan penghargaan yang tinggi terhadap individualisms
anak didik, namun ia juga menjunjung tinggi sikap sosialitas, sehingga corak
aktivitas pembelajaran yang ditonjolkan lebih pada kooperasi dari kompetisi.
Progresivisme juga menempatkan pengajaran bahasa asing keno dan modern sebagai
suatu yang dibutuhkan bagi subjek didik sekolah tingkat menengah pertama, sebab
hanya dengan cara demikian pars subjek didik akan dapat mengenal dunia secara
baik dan luas.
Keyakinan-Keyakinan progresivisme
tentang pendidikan
Istilah
progresivisme dalam bagian ini akan dipakai dalam hubungannya dengan
pendidikan, dan menunjukkan sekelompok keyakinan-keyakinan yang tersusun secara
harmonis dan sistematis dalam hal mendidik.Keyakinan¬keyakinan yang didasarkan
pada sekelompok keyakinan filsafat yang lazim disebut orang pragmatism,
instrumentalisme, dan eksperimentalisme.
Progresivisme
sebagai filsafat dan progresifisme sebagai pendidikan keras sekali hubungannya
dengan kepercayaan yang sangat luas dari John Dewey dalam lapangan pendidikan.
Hal ini dapat dilihat dalam bukunya Democracy And Aducation. Disini Dewey
memperlihatkan keyakinan-keyakinan dan wawasanya tentang pendidikan, serta
mempraktekkannya disekolah-sekolah yang ia dirikan Menurut Dewey tujuan umum
pendidikan ialah warga masyarakat yang demokratis. Isi pendidikanya lebih
mengutamakan bidang studi yang berguna atau langsung bisa dirasakan oleh
masyarakat seperti IPA, Sejarah, dan keterampilan.Progresivisme tidak
menghendaki adanya mats pelajaran yang diberikan secara terpisah, melainkan
hams diusahakan terintegrasi dalam unit. Karena suatu perubahan selalu terjadi
maka diperlukan fleksibilitas dalam pelaksanaannya, dalam arti tidak kaku,
tidak menghindar, dari perubahan, tidak terikat le suatu dokrin tertentu,
bersifat ingin tabu, toleran, berpandangan luas serta terbuka.
Implementasi Asas Filosofi
Progressivisme Dalam Teori / Asas Belajar
Pandangan
mengenai belajar, filsafat progressivisme mempunyai konsep bahwa anak didik
mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Maka filsafat progressivisme mengakui
anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan untuk berkembang dan mengakui
individu atau anak-anak pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan
dinamis dalam menghadapi lingkungannya.
John
Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Artinya disini
sebagai proses pertumbuhan dan proses dimana anak didik dapat mengambil
kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu dinding
pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik
tidak cukup disekolah saja. Jadi sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi
pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Artinya sekolah adalah
bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus mengupayakan pelestarian
karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar. Untuk dapat
melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat
memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik
atau kekhususan daerah itu. Untuk itu filsafat progressivisme menghendaki isi
pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat (praktek)”.
John
Locke mengemukakan, bahwa sekolah hendaknya ditujukan untuk kepentingan
pendidikan anak. Kemudian Jean Jacques Rosseau menyatakan anak harus dididik
sesuai dengan alamnya, jangan dipandang dari sudut orang dewasa. Anak bukanlah
miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya sendiri, yaitu
berlainan sekali dengan alam orang dewasa.
Maka
sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan sebagai wadah pembinaan dan
pendidikan anak-anak didik dalam rangka menumbuh kembangkan segenap
potensi-potensinya agar berkembang kearah maksiamal. Guru sebagai pendidik
bertanggung jawab akan tugas pendidikannya. Seluruh aktivitas-aktivitas yang
dijalankan guru harus diperuntukkan untuk kepentingan anak didik. Metode
mengajar dengan dasar filsafat pendidikan progresivisme antara lain adalah:
• Memberikan
soal latihan dalam bentuk teka-teki kepada anak didik.
• Membuat
kelompok atau grup belajar, dengan mengelompokkan minat masing-masing anak pada
suatu topik.
• Membicarakan
topik hangat yang sedang beredar di masyarakat secara bersama-sama di dalam
ruang kelas.
Asas belajar
aliran ini dapat di ikhtisarkan dalam pokok-pokok yaitu :
1. Interest ,
minat anak
2. Effort, usaha
berupa self-activity
3. Purpose,
tujuan yang jelas untuk apa ia belajar atau apa gunanya belajar
4. Intellegensi,
potensi untuk mengerti, memecahkan masalah, komunikasi dan daya cipta
5. Habit, yakni
kebiasaan yang sudah ada, dan pembinaan pola-pola kebiasaan baru yang lebih
efektif
6. Growth,
pengalaman-pengalaman harus mendorong perkembangan pribadi, demikian
seterusnya.
7. Organism,
anak adalah satu unity organism, ia belajar dengan seluruh kepribadiannya, baik
jiwa maupun badaniah
8. Culture,
lingkungan alamiah, adalah realitas yang dalam batas-batas tertentu dapat
dibina manusia. Lingkungan sosial-budaya adalah produk karya dan cipta manusia.
Kebudayaan tetap merupakan wujud yang mempunyai antar hubungan dengan
perkembangan pribadi.
Implementasi
Azas Filosofi Progressivisme Dalam Kurikulum
Selain
kemajuan atau progres, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang
cukup dari progresivisme. Untuk itu filsafat progresivisme menunjukkan dengan
konsep dasarnya sejenis kurikulum yang program pengajarannya dapat mempengaruhi
anak belajar secara edukatif baik di lingkungan sekolah maupun di luar
lingkungan sekolah, tentunya dibutuhkan sekolah yang baik dan kurikulum yang
baik pula.
Pendidikan
dilaksanakan di sekolah dengan anggapan bahwa sekolah dipercaya oleh masyarakat
untuk membantu perkembangan pribadi anak. Faktor anak merupakan faktor yang
cukup urgen (penting), karena sekolah didirikan untuk anak. Karena itu hak
pribadi anak perlu diutamakan, bukan diciptakan sekehendak yang mendidiknya.
Dengan kata lain anak hendaknya dijadikan sebagai subyek pendidikan bukan
sebagai obyek pendidikan.
Untuk memenuhi
keutuhan tersebut, maka filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang
bersifat luwes (fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan
dibentuk sesuai dengan zamannya. Karena itu kurikulum harus dapat mewadahi
aspirasi anak, orangtua serta masyarakat. Maka kurikulum yang edukatif dan
eksperimental dapat memenuhi tuntutan itu. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum
yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat
eksperimental atau tipe Core Curriculum. Progresivisme tidak menghendaki adanya
mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam satu
unit. Dengan demikian inti kurikulum mengandung ciri-ciri kurikulum yang
menyatu, metode yang diutamakan yaitu problem solving (memecahkan masalah pada
anak).
Dengan
adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat
berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Dengan berlandaskan sekolah sambil berbuat inilah praktek
kerja di laboratorium, di bengkel, di kebun (Iapangan) merupakan kegiatan
belajar yang dianjurkan dalam rangka terlaksananya learning by doing. Dalam hal
ini, filsafat progresivisme ingin membentuk keluaran (out-put) yang dihasilkan
dari pendidikan di sekolah yang memiliki keahlian dan kecakapan yang langsung
dapat diterapkan di masyarakat luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar