ABSTRAK
Perjalanan
pembelajaran matematika Indonesia tidak terlepas dari teori-teori belajar yang
telah bervariasi di buat oleh ahli-ahli belajar.Bagaimana mereka menciptakan
pembelajaran yang efektif demi tercapainya prestasi yang baik.Semakin banyaknya
teori belajar ternyata banyak persamaan yang intinnya adalah menciptakan
pembelajaran yang efektif dikelas
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pengetahuan
itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang
sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran
antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran
dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.” Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm.
110. Teori Jean Piaget tentang
perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan,
pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan
proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi
terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan,
pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan
menjadi objektif dalam masa dewasa awal. Perkembangan
cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi
tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Proses
dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah asimilasi dan
akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi.
Piaget
juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia
menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi
dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan
endogen disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik . Sruktur
tindakan, operasi kongkrit dan operasai formal dibangun dengan jalan logis –
matematis. Sumbangan bagi praktek
pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang
disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi
pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir
logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.
PEMBAHASAN
I. Beberapa Konsep dalam Teori Piaget.
Ada beberapa
konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan
kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu;
a. Intelegensi.
Piaget mengartikan intelegensi secara lebih
luas, juga tidak mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang
lebih mengungkap orientasi biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu
bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi,
kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan. (Piaget dalam DR. P.
Suparno,2001:19).
b. Organisasi.
Organisasi adalah suatu tendensi yang
umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang
psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih tinggi.
c. Skema.
Skema adalah suatu struktur mental
seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif
seseorang.
d. Asimilasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana
seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema
atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
e. Akomodasi.
Akomodasi adalah pembentukan skema baru
atau mengubah skema lama sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau
memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang ada.
f. Ekuilibrasi.
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak
seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat
seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
II. Tahap Perkembangan Kognitif.
Menurut Piaget, tahap perkembangan
inteluektual anak secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini
tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap
bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Tahap sensorimotor :
umur 0 – 2 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak
dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
Tahap paling awal perkembangan kognitif
terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut
tahap sensorimotor oleh Piaget. Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih
didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadapt lingkungannya, seperti
melihat, meraba, menjamak, mendengar, membau dan lain-lain.
Pada tahap sensorimotor, gagasan anak
mengenai suatu benda berkembang dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi
“ sudah mempunyai gagasan”. Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan
konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik.
Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat
disistematisir dan diurutkan dengan logis.
Menurut Piaget, mekanisme perkembangan
sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap
perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses
asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan,
rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
Piaget membagi
tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
1. Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)
Periode
paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak
bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi
kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan.
Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang
ditanggapi secara refleks.
2. Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi
mulai membentuk kebiasankebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba
dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat
diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan,
terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang
bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi
akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi
tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai
mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala
kesumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini
merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.
3. Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek
apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi
semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia
menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini,
seorang bayi juga menciptakan kembali kejadiankejadian yang menarik baginya. Ia
mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri
(reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan
pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan
tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu
“pengiaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
4. Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan
hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu
hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh
dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai
kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk
mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep
tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang
bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai
mempunyaikonsep tentang ruang.
5. Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila
dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada,
anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk
menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata
lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih
mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di
sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah
anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan
persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju
dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi
perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat
secara serentak.
6. Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi
sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang
tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan
koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari
periode intelegensi sensori motor ke intelegensi refresentatif. Secara mental,
seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat
menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap
ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan
objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan
gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu
tidak kelihatan lagi.
Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Berfikir melalui perbuatan (gerak)
b) Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak reflex
sampai ia dapat berjalan dan bicara.
c) Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
d) Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.
b. Tahap Pra operasional :
umur 2 -7 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya adalah penggunaan symbol/bahasa tanda
dan konsep intuitif)
Istilah “operasi” di sini adalah suatu proses berfikir logik, dan
merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris,
mereka sulit menerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mereka
pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka
percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa. Tahap pra
operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra konseptual
(2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar
dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini
representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak
kepada penalaran.
Karakteristik
anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Anak
dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya dengan pengalaman
pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak rela bila barang
miliknya dipegang oleh orang lain.
b) Anak
belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan
pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat
irreversible.
c) Anak
belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus, dan belum
mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.
d) Anak
bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum mampu
membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti berbohong. Ini
terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian sebenarnya dengan imajinasi
mereka.
e) Anak
belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
f) Menjelang
akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka percayai.
Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya mempunyai satu
sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep yang konkrit.
c. Tahap operasi kongkret :
umur 7 – 11/12 tahun.
(Ciri pokok perkembangannya anak mulai berpikir secara logis
tentang kejadian-kejadian konkret)
Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan dengan
perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang
logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-oprasi logis. Operasi itu bersifat
reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang
dapat dikemblikan kepada awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai
dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret.
Ciri-ciri
operasi konkret yang lain, yaitu:
a. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh.
Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara
menyeluruh ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi
dengan lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkunganitu.
b. Melihat dari berbagai macam segi.
Anak mpada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau
persoalan secara sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya
memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sama mengamati titik-titik
yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
c. Seriasi
Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin
besar atau semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang
anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak
kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnuya.
d. Klasifikasi
Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi
bermacam-maam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa menjadi satu,
ada beberapa kemungkinan yang terjadi.
e. Bilangan
Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret
belum dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada
tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan
kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan
bagi anak telah berkembang.
f. Ruang, waktu, dan kecepatan
Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan
ruang dengan melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan
sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan
pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
g. Probabilitas
Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan
antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.
h. Penalaran
Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara
dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini,
menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
i. Egosentrisme dan Sosialisme.
Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam
pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.
d. Tahap operasi formal: umur 11/12 ke atas.
(Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis)
Tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir
dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja
sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal
berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan
lepas dari apa yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai
dimengerti. Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif
hipotesis, induktif sintifik, dan abstrak reflektif.
a. Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang
spesifik dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premispremis yang dipakai
dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah
alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari
premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan
dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan dengan kenyataan
yang real. Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran
yang logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau
belum menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model
logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan ungkapan
remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.
b. Pemikiran Induktif Sintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum
berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan
metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat
hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi,
dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah
variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
c. Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai
abstraksi reflektif karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari
pengalaman.
III. Teori Pengetahuan.
Berdasarkan pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget
berkesimpulan bahwa setiap makhluk hidup memang perlu beradaptasi dengan
lingkungannya untuk dapat melestarikan kehidupannya. Manusia adalah makhluk
hidup, maka manusia juga harus beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan
hal ini, Piaget beranggapan bahwa perkembangan pemikiran manusia mirip dengan
perkembangan biologis, yaitu perlu beradaptasi dengan lingkungannya. Piaget
sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuannya adalah teori adaptasi pikiran ke
dalam suatu realitas, seperti organisme yang beradaptasi dengan lingkungannya.
a. Teori Adaptasi Piaget
Menurut Piaget, mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual
dimana pengalaman dan ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui
untuk membentuk struktur pengertian yang baru. Setiap orang mempunyai struktur
pengetahuan awal (skema) yang berperan sebagai suatu filter atau fasilitator
terhadap berbagai ide dan pengalaman yang baru. Melalui kontak dengan
pengalaman baru,skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses
asimilasi dan akomodasi. Skema seseorang selalu dikembangkan, diperbaharui ,
bahkan diubah untuk dapat memahami tanyangan pemikiran dari luar. Proses ini
disebut adap[tasi pikiran.
b. Teori Pengetahuan Piaget
Teori pengetahuan Piaget adalah teori adaptasi kognitif. Dalam
pembentukan pengetahuan , Piaget membedakan tiga macam pengetahuan, yakni
a.
Pengetahuan fisis adalah pengetahuanakan sifat-sifat fisis suatu objek atau
kejadian, seperti bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi
dengan yang lain.
b.
Pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir
tentang pengalaman akan suatu objek atau kejadian tertentu.
c.
Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok budaya dan
sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama.
c. Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang
adalah bentukan (bentukan) orang itu sendiri. Proses pembentukan pengetahuan
itu terjadi apabila seseorang mengubah atau mengembangkan slkema yang tslah
dimiliki dalam berhadapan dengan tantangan, dengan rangsangan atau persoalan.
Teori Piaget seringkali disebut konstruktivisme personal karena lebih menekankan
pada keaktifan pribadi seseorang dalam mengkonstruksikan pengetahuannya.
Terlebih lagi karena Piaget banyak mengadakan penelitian pada proses seorang
anak dalam belajar dan membangun pengetahuannya.
C. IMPLIKASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013
Teori kognitif dan teori pengetahuan piaget sangat banyak
mempengaruhi bidang pendidikan, terlebih pendidikan kognitif. Tahap-tahap
pemikiran Piaget sudah cukup lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusun
kurikulum, memilih metode pengajaran dan juga memilih bahan ajar terutama di
sekolahsekolah. Maka dari karya besar Piaget tersebut dapat diimplementasikan
pada proses pembelajaran disekolah sesuai dengan teori perkembangannya itu
sendiri. Implementasi pada pembelajaran matematika yang akan diterakan berikut
hanya merupakan bentuk sebagian saja sebagai contoh yang cocok untuk
pengetahuan dan pengembangan terhadap materi pembelajaran itu sendiri. Tentu
yang terpenting adalah kesesuaian dengan pemilihan model, pendekatan serta
metode dalam pembelajaran terhadap materi ajar.
Berikut contoh pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap
perkembangan kognitif anak usia sekolah;
Pokok
Bahasan : Bangun
Ruang.
Sub Pokoh Bahasan : 1. Kubus.
2. Balok.
3. Tabung.
4. Prisma.
5. Limas.
6. Kerucut.
7. Bola.
a.
Pembelajaran di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK).
- Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk
- Pembahasan hanya terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat
kontekstual
- Materi kubus cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta
warna jika ada.
- Demikian untuk balok, bola dan yang lainnya dengan konsekuensi
siswa mengetahui nama dan bentuknya saja.
Penjelasan;
Anak usia Taman Kanak-Kanak masuk kategori pra operasional pada
perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu melihat gambar dan tidak
berbentuk penalaran atas pengalamannya sendiri.
b.
Pembelajaran ditingkat Sekolah Dasar (SD).
- Anak sudah mulai di perkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun
yang dia ketahui tersebut.
- Pengelompokan bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus,
balok dan yang lainnya termasuk bangun ruang.
- Anak-anak juga berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut
sehingga ada pemahamannya tentang apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu.
Seperti kubus, tentu memiliki panjang, lebar dan juga tinggi.
- Keterhubungan unsur yang dimiliki belum dijelaskan
- Melanjutkan pembelajaran dikelas-kelas berikutnya sampai pada
operasioperasi sederhana yang terdapat pada bangun itu.
Penjelasan;
Sesuai kurikulum pembelajaran tematik bangun ruang ini baru
diperkenalkan dikelas II SD, itu artinya pembelajaran-pembelajaran sebelumnya
tentu masih mengacu pada pra operasional. Dan pada pembelajaran selanjutnya di
SD ini sudah memasuki tahap Operasi Kongkret sesuai teori perkembangan kognitif
Piaget.
c.
Pembelajaran ditingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMU).
- Anak diajarkan mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari
bangun-bangun ruang yang ada.
- Tiap-tiap bangun ruang itu anak-anak diminta mengetahui cara
menghitung luas sisi, volume serta bentuk permukaan dengan mengetahui bukaan
dari bangun tersebut.
- Aplikasi dengan dunia nyata juga penting dilakukan sebanagi
aplikasi materi yang diajarkan.
- Khusus dijenjang SMU hanya diperdalam dengan mengkaji unsur-unsur
yang terdapat pada bangun ruang, disamping mengulangnya kembali pembelajaran
itu.
- Pembelajaran di SMU sudah sampai pada tingkat penalaran oleh
pengalaman sendiri.
Penjelasan;
Materi bangun ruang di SMP diajarkan dikelas VII semester 2, itu
artinya erat dengan keterstrukturan materi sebelumnya yang menjadi pendukung
dalam pembelajaran materi ini. Anak diusia ini sudah masuk pada tingkat operasi
formal, sesuai tingkat perkembangan kognitif Piaget.
d.
Pembelajaran di Perguruan Tinggi.
- Di perguruan tinggi bangun ruang sudah lebih didalami dalam satu
mata kuliah geometri
- Pendalamannya lebih dikaji lagi dalam teori Van Hiele.
Penjelasan;
Materi ini siswa/mahasiswa sudah mengandalkan tahap deduktif,
induktif, hipotesis dan logis. Tetapi tahap perkembangannya tetap berada pada
operasi formal sesuai tingkat kognitif Piaget.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang
sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang
berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses
penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget
membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau
kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis
melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif
manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan
proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan
yakni: asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Kompleksitas pengetahuan dan struktur
kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya asimiliasi secara
mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak terjadi karena
informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang
sudah ada. Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu disesuaikan dengan
pengetahuan baru yang diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan
Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada
tahap perkembangan kognitif manusia. Bagi guru matematika, teori Piaget
jelas sangat relevan, karena dengan menggunakan teori ini, guru dapat
mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir
anak di kelasnya.
Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi
siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan
alat-alat peraga dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan
berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing. Guru perlu mencermati apakah
symbol-simbol matematika yang digunakan guru dalam mengajar cukup mudah
dipahami siswa, dengan mengingat tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh
masing-masing siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi
Perkembangan, Pekanbaru. Penerbit: Psikologi Press
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html 01 Maret 2013 9:04:06
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html 01 Maret 2013 9:04:06
http://www.psikologizone.com/favicon.ico/Teori
Kognitif Psikologi Perkembangan Jean Piaget/01 Maret 2013 9:05:32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar