BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembinaan guru
tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional
berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi
serta teori-teori pembelajaran, maka guru juga dituntut mampu menguasai dan
memilih strategi pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif,
kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif. Guru tentu juga harus
menguasai strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to
date. Bila guru sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman
tanpa didukung teori-teori, maka peserta didik tidak dapat mengembangkan
kemampuannya secara maksimal. Hal-hal seperti inilah yang merupakan
faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas dan kuantitas pendidikan yang
ada di Indonesia.
Oleh sebab itu, guru
harus mempunyai srategi atau cara untuk mewujutkan siswa aktif, kreatif, dan
belajar dalam suasana senang serta efektif dalam pembelajaran. Yang dimaksud
dengan strategi belajar mengajar adalah kegiatan guru dalam proses belajar
mengajar yang dapat memberi kemudahan atau fasilitas pada siswa agar dapat
mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
BAB 2
PEMBAHASAN
STRATEGI BELAJAR
MENGAJAR MATEMATIKA
Strategi belajar
mengajar adalah kegiatan guru dalam proses belajar mengajar yang dapat memberi
kemudahan atau fasilitas pada siswa agar dapat mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. Devinisi yang lain mengatakan bahwa strategi belajar mengajar
itu terdiri atas semua komponen materi prngajaran (paket pengajaran) dan produk
yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan.
Menurut Bloom tujuan
pengajaran meliputi tiga kawasan belajar (learning domain) yaitu kognitif
(kemampuan atau pengetahuan), efektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).
Tujuan kognitif meliputi enam aspek yaitu: pengenalan, pemahaman, penerapan
analisis, sintesis dan evaluasi. Tujuan pengajaran kawasan belajar afektif ada
5 tingkat yaitu: penerimaan akan sikap atau sintesis, merespon, menilai sikap,
mengatur sikap dan menginternalisasi sikap. Tujuan belajar psikomotor terdiri
dari 5 tingkat yaitu: persepsi atas rangsangan, kesiapan, bertindak secara
fisik, respon yang terarah, respon yang mekanis dan respon yang disadari.
Secara umum ada empat
strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi serta
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian
peserta didik sebagaimana yang diharapakan. Sasaran yang dituju harus jelas dan
terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan
konkret, sehingga mudah difahami oleh peserta didik.
2. Memilih system
pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat. Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat
dan efektif untuk mencapai sasaran serta bagaimana guru memandang suatu
persoalan, konsep, pengertian, dan teori apa yang guru gunakan dalam
memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya.
3. Memilih dan menetapkan
prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma
dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan
sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil
kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk
penyempurnaan sitem instruksional yang bersangkuatan secara keseluruhan.
A. Klarifikasi Strategi Belajar Mengajar
Menurut Tabrani Rusyan
ada 9 klarifikasi Strategi Belajar Mengajar yaitu:
1. Konsep Dasar Strategi
Belajar Mengajar
Konsep dasar strategi belajar mengajar
meliputi beberapa hal yaitu:
a. Menetakan spesifikasi
dan kualifikasi perubahantingkah laku.
b. Menentukan pilihan
berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar.
c. Memilih prosedur,
metode, dan teknik belajar mengajar.
d. Menerapakn norma dan
kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2. Sasaran Kegiatan
Belajar Mengajar
Pada tingkat sasaran atau tujuan yang
universal, manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi sebagai
berikut:
a. Pengembangan bakat
secara optimal.
b. Hubungan
anatarmanusia.
c. Efisiensi ekonomi.
d. Tanggung jawab selaku
warga nwgara.
3. Belajar Mengajar
Sebagai Suatu Sistem
Belajar mengajar selaku suatu system
instruksional mengacu pada pengartian sebagai seperangkat komponen yang saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.
4. Pola-pola Belajar
Siswa
Pola-pola belajar siswa meliputi:
a. Signal learnig (belajar isyarat)
b. Stimulus response
learning (belajar stimulus-respon)
c. Chaining (ranatai atau rangkaian)
d. Verbal association (asosiasi verbal)
e. Discrimination
learning (belajar kriminasi)
f. Concept learning (belajar konsep)
g. Rule learning (belajar aturan)
h. Problem solving (memecahkan masalah)
5. Memilih Sistem Belajar
Mengajar
Berbagai sistem pengajaran yang menarik
perhatian akhir-akhir ini adalah:equiry-discovery approach, expository
approach, mastery learning, dan humanistik education.
a. Equiry Discovery
Approach
Equiry Discovery Approach adalah belajar
mencari dan menemukan sendiri.
b. Expository Learning
Dalam sitem ini guru menyajikan dalam
bentuk yang telah dipersiapakan secara rapi, sistematis dan lengkap, sehingga
peserta didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertip dan teratur.
c. Mastery Learning
Dalam kegiatan Mastery Learning ini guru
harus menusahakan upaya-upaya yang dapat mengantarkan kegiatan peserta didik
kearah tercapainya penguasaan penuh terhadap bahan pelajaran yang diberikan.
d. Humanistic Education
Karakteristik pokok metode ini anatara
lain bahwa guru hendaknya jangan menbuat jarak terlalu tajam dengan siswanya.
Guru harus menempatkan diri berdampingan dengan siswa sebagai senior yang
selalu siap menjadi sumber atau konsultan yang selalau berbicara. Taraf akhir
dari proses balajar mengajar menurut pandangan ini adalah “self
actualization” seoptimal mungkin dari setiap peserta didik.
e. Pengorganisasian
Kelompok Belajar
Memperhatikan berbagai cara pendekatan
atau sistem belajar mengajar seperti diuraiakan sebelumnya, di sarankan
pengorganisasian dibentuklah kelompok-kelompok belajar.
B. Implementasi Belajar Mengajar
Hal-hal yang dilakukan
guru dalam melaksanakan tugas proses belajar mengajar adalah:
1. Perencanaan
instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
organisasi belajar.
2. Organisasi belajar
yang merupakan usahakan menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya
proses belajar mengajar.
3. Menggerakkan peserta
didik merupakan usaha memancing, membangkitkan dan mengarahkan memotivasi
belajar siswa. Penggerak atau motivasi disisni pada dasarnya mempunyai makna
lebih dari pada pemerintah, mengarahkan, mengaktualkan dan memimpin.
4. Supervise dan
pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional
yang telah di desain sebelumnya.
5. Penelitian yang
bersifat penafsiran (assessment) yang mengandung pengertian yang lebih luas di
banding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.
C. Metode, Teknik,
Pendekatan Pembelajaran
Untuk menghasilkan
proses belajar mengajar yang maksimal, guru memang tidak cukup mengandalkan
rancangan yang telah dibuatnya. Guru harus tetap mencari metode dan strategi pembelajaran
yang tepat. Untuk itu seorang guru dapat menggunakan metode, teknik, model,
pendekatan pembelajaran yang tepat yaitu sebagai berikut:
1. Metode merupakan upaya
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah di susun tercapai secara optimal. Metode yang dapat di
gunakan dalam mengajar matematika antara lain:
a) Metode ceramah
b) Metode diskusi
c) Metode pemberian tugas
( retirasi )
d) Metode brain storning
2. Teknik mengajar mrupakan
penerapan secara khusus atau metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan
kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan
siswa. Misalnya mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
3. Model pembelajaran mempunyai
pengertian yang amat dekat dengan strategi pembelajaran. Membedakan model
pembelajaran dengan strategi maupun metode adalah memiliki 4 ciri khisus yaitu:
a) Rasional teoritikyang
logis yang disusun penciptanya.
b) Tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
c) Tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil.
d) Lingkungan belajar
yang diperlukan gar pembelajaran tercapai.
4. Pendekatan merupakan
tititk tolak atau sudut pandang kita terhadap proses belajar. Pendekatan atau
prosedur yang harus di lalui di dalam mengajar antara lain:
1) Pendekatan deduktif yaitu pendekatan
dari umum ke khusus.
2) Pendekatan Induktif yuatu pendekatan dari khusus ke umum.
3) Pendekatan Sintetis
yaitu prosedur mengajar di mulai dari yang di ketahui kemudian melangkah dengan
logika dan akhirnya menemukan atau mendapatkan hal-hal yang ditnyakan.
4) Pendekatan Analisis
yaitu pendekatan yang di mulai dari yang tidak di ketahui kemudian melangkah
dengan runtut sehingga mendapatkan hal-hal yang ditanyakan.
5) Pendekatan Paikem
yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dengan pendekatan ini guru tidak lagi menjadi pusat belajar tetapi sebagai
fasilitator sehingga peserta didik dapat aktif dalam proses belajar mengajar.
Contoh pembelajaran paikem yaitu jigsaw, STAD, TGT dan lain-lain.
6) Pendekatan Kontekstual
( contextual Teaching and Learning ) merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata
peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
7) Pendekatan Spiral
dalam pembelajaran matematika adalah pembelajaran konsep dimulai dengan
benda-benda riil konkret, kemudian pada tahap yang lebih tinggi konsep itu
diajarkan lagi dalam bentuk pemahaman yang lebih abstrak.
8) Pendekatan prosedural
yaitu strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan aras urutan
penyelesaian suatu tugas pembelajaran.
9) Pendekatan penemuan
terbimbing, dalam pendekatan ini siswa didorong untuk berfikir sendiri sehingga
dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang di fasilitasi guru.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agar proses belajar mengajar dengan
baik, maka guru harus mengerti keadaan dan kondisi peserta didik sehingga dapat
menggunakan metode, model, pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai,
guru juga harus bisa menjalin hubungan yang harmonis, serta guru harus paham
betul materi yang akan di ajarkan.
B. Saran
Seorang guru harus
mampu mengembangkan kompetensi dan mengaktualisasikan potensi peserta didik.
Selanjutnya, guru juga akan berusaha mencari strategi untuk menggali dan
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
HAKIKAT MATEMATIKA
Menurut penulis, Hakikat Matematika adalah kumpulan unsur-unsur atau konsep-konsep abstrak yang berhubungan dan bersifat deduktif. Penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh akibat logis dari kebenaran sebelumya, sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten”. Matematika disusun atas dasar aksioma atau postulat yangkemudian dikembangkan menjadi dalil – dalil. Matematika berkenan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Apabila matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur. Matematika adalah sarana berpikir ilmiah dalam rangka melaksanakan metode ilmiah. Matematika timbul karena olah pikir manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran matematika yang terdiri atas 4 kawasan yang luas yaitu, aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.
Soedjadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan
bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Matematika mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat menerangkan pengertian matematika secara umum. Menurut Soedjadi (2000:13), karakteristik matematika adalah:
a) Memiliki objek kajian abstrak.
b) Bertumpu pada kesepakatan.
c) Berpola pikir deduktif.
d) Memiliki simbol yang kosong dari arti.
e) Memperhatikan semesta pembicaraan.
f) Konsisten dalam sistemnya.
Menurut penulis, Hakikat Matematika adalah kumpulan unsur-unsur atau konsep-konsep abstrak yang berhubungan dan bersifat deduktif. Penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh akibat logis dari kebenaran sebelumya, sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten”. Matematika disusun atas dasar aksioma atau postulat yangkemudian dikembangkan menjadi dalil – dalil. Matematika berkenan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Apabila matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur. Matematika adalah sarana berpikir ilmiah dalam rangka melaksanakan metode ilmiah. Matematika timbul karena olah pikir manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran matematika yang terdiri atas 4 kawasan yang luas yaitu, aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.
Soedjadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan
bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Matematika mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat menerangkan pengertian matematika secara umum. Menurut Soedjadi (2000:13), karakteristik matematika adalah:
a) Memiliki objek kajian abstrak.
b) Bertumpu pada kesepakatan.
c) Berpola pikir deduktif.
d) Memiliki simbol yang kosong dari arti.
e) Memperhatikan semesta pembicaraan.
f) Konsisten dalam sistemnya.
B. Strategi yang Umum dipakai pada Pengajaran Matematika
1. Strategi Inkuiri
Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya denga penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah:
a. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
b. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran
c. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (selfbelief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Untuk menyusun strategi yang terarah perlu diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara maksimal. Kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya inkuiri bagi siswa adalah:
a. Aspek sosial didalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas di dalam kelas, setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan/hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda walaupun pendapat itu tidak relevan.
b. INKUIRI berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa ada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif, tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang yang berbeda diantara siswa, maka dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga INKUIRI bersifat open ended, ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari masing-masing siswa dengan argumen yang benar. Disamping INKUIRI terbuka dikenal juga INKUIRI tertutup yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang benar sebagaihasil proses INKUIRI.
c. Penggunaan fakta. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta sebagimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya. Untuk menciptakan kondisi diatas, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangat diperlukan.
Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut.
a. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir
b. Fasilisator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir
siswa
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan mem-
beri keyakinan pada diri sendiri.
d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan
f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas
g. Rewarder, yang memberi penhargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik pada siswa supaya guru dapat melakukan perananya
secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara
berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya.
1. Strategi Inkuiri
Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya denga penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah:
a. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
b. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran
c. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (selfbelief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Untuk menyusun strategi yang terarah perlu diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara maksimal. Kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya inkuiri bagi siswa adalah:
a. Aspek sosial didalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas di dalam kelas, setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan/hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda walaupun pendapat itu tidak relevan.
b. INKUIRI berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa ada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif, tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang yang berbeda diantara siswa, maka dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga INKUIRI bersifat open ended, ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari masing-masing siswa dengan argumen yang benar. Disamping INKUIRI terbuka dikenal juga INKUIRI tertutup yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang benar sebagaihasil proses INKUIRI.
c. Penggunaan fakta. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta sebagimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya. Untuk menciptakan kondisi diatas, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangat diperlukan.
Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut.
a. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir
b. Fasilisator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir
siswa
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan mem-
beri keyakinan pada diri sendiri.
d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan
f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas
g. Rewarder, yang memberi penhargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik pada siswa supaya guru dapat melakukan perananya
secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara
berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya.
2. Strategi Penyelesaian Masalah (PROBLEM SOLVING)
Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah memberi tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung secara bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi respons yang tepat terhadapnya. Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
a. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau, dalam hal ini penyelesaian masalah kurang (tidak) rasional.
b. Penyelesaian masalah secara intuitif masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi berdasarkan intuisi atau firasat.
c. Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah dilakukan dengan coba-coba ,percobaan yang dlakukan tidak berdasar hipotesis tetapi secara acak.
d. Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan berdasarkan kewenangan seseorang.
e. Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip yang bersumber pada dunia supranatural/dunia mistik/dunia gaib.
f. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses deduksi dan induksi.
Penyelesaian masalah dalam strategi belajar mengajar disini ialah penyelesaian masalah secara ilmiah atau semi ilmiah. Guru memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan, materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks disekolah tetapi dapat diambil dari sumber-sumber lingkungan yang ada. Pemilihan materi seperti itu memerlukan beberapa criteria sebagai berikut:
a. Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau controversial. Bahan seperti itu dapat direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audo visual atau kliping atau disusun sendiri oleh guru.
b. Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa.
c. Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat.
d. Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum sekolah.
e. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang dikehendaki.
f. Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.
Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah memberi tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung secara bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi respons yang tepat terhadapnya. Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
a. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau, dalam hal ini penyelesaian masalah kurang (tidak) rasional.
b. Penyelesaian masalah secara intuitif masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi berdasarkan intuisi atau firasat.
c. Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah dilakukan dengan coba-coba ,percobaan yang dlakukan tidak berdasar hipotesis tetapi secara acak.
d. Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan berdasarkan kewenangan seseorang.
e. Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip yang bersumber pada dunia supranatural/dunia mistik/dunia gaib.
f. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses deduksi dan induksi.
Penyelesaian masalah dalam strategi belajar mengajar disini ialah penyelesaian masalah secara ilmiah atau semi ilmiah. Guru memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan, materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks disekolah tetapi dapat diambil dari sumber-sumber lingkungan yang ada. Pemilihan materi seperti itu memerlukan beberapa criteria sebagai berikut:
a. Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau controversial. Bahan seperti itu dapat direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audo visual atau kliping atau disusun sendiri oleh guru.
b. Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa.
c. Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat.
d. Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum sekolah.
e. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang dikehendaki.
f. Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.
C. Penggolongan Strategi Belajar Mengajar
1. Berdasarkan Bentuk dan Pendekatan:
a. Expository
“Exposition” (ekspositorik) yang berarti guru hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya. Hampir tidak ada unsur discovery (penemuan). Dalam suatu pengajaran, pada umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta metode mengajar yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran. Guru dapat memilih metode ceramah, ia hanya akan menyampaikan pesan berturut-turut sampai pada pemecahan masalah/eksperimen bila guru ingin banyak melibatkan siswa secara aktif. Contoh strategi ekspositorik : Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan untuk menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan aturan : berdiri pada jalur penyeberangan, menanti lampu lintas sesuai dengan urutan wa rna, dan sebagainya. Ia mengemukakan aturan umum dan mengharap anak-anak akan mengikuti/mentaati aturan tersebut.
b. Discovery dan Inquiry
Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya; mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segitiga, kubus dan balok. Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam) Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men, melaksanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi. guru ke situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery Lesson, (pelajaran dengan penemuan terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan
a. Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III)
b. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.
c. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan
d. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.
e. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
f. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
g. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.
h. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalamikegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya.
a. Expository
“Exposition” (ekspositorik) yang berarti guru hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya. Hampir tidak ada unsur discovery (penemuan). Dalam suatu pengajaran, pada umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta metode mengajar yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran. Guru dapat memilih metode ceramah, ia hanya akan menyampaikan pesan berturut-turut sampai pada pemecahan masalah/eksperimen bila guru ingin banyak melibatkan siswa secara aktif. Contoh strategi ekspositorik : Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan untuk menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan aturan : berdiri pada jalur penyeberangan, menanti lampu lintas sesuai dengan urutan wa rna, dan sebagainya. Ia mengemukakan aturan umum dan mengharap anak-anak akan mengikuti/mentaati aturan tersebut.
b. Discovery dan Inquiry
Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya; mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segitiga, kubus dan balok. Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam) Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men, melaksanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi. guru ke situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery Lesson, (pelajaran dengan penemuan terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan
a. Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III)
b. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.
c. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan
d. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.
e. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
f. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
g. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.
h. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalamikegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya.
Sedangkan langkah-langkah inquiry menurut meliputi:
a. Menemukan masalah
b. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan
c. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan
d. Perumusan keterangan yang diperoleh
e. Analisis proses inquiry.
a. Menemukan masalah
b. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan
c. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan
d. Perumusan keterangan yang diperoleh
e. Analisis proses inquiry.
c. Pendekatan Konsep
Istilah “concept” (konsep) ditunjukkan melalui tingkah laku individu dalam mengemukakan sifat-sifat suatu obyek seperti : bundar, merah, halus, rangkap, atau obyek-obyek yang kita kenal seperti rambut, kucing, pohon dan rumah. Semuanya itu menunjukkan pada suatu konsep yang nyata (concrete concept). Gagne mengatakan bahwa selain konsep konkret yang bisa kita pelajari melalui pengamatan, mungkin juga ditunjukkan melalui definisi/batasan, karena merupakan sesuatu yang abstrak. Misalnya iklim, massa, bahasa atau konsep matematis. Bila seseorang telah mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk mengorganisasikan gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan. Proses menghubung-hubungkan dan mengorganisasikan konsep yang satu dengan yang lain dilakukan melalui kemampuan kognitif.
Istilah “concept” (konsep) ditunjukkan melalui tingkah laku individu dalam mengemukakan sifat-sifat suatu obyek seperti : bundar, merah, halus, rangkap, atau obyek-obyek yang kita kenal seperti rambut, kucing, pohon dan rumah. Semuanya itu menunjukkan pada suatu konsep yang nyata (concrete concept). Gagne mengatakan bahwa selain konsep konkret yang bisa kita pelajari melalui pengamatan, mungkin juga ditunjukkan melalui definisi/batasan, karena merupakan sesuatu yang abstrak. Misalnya iklim, massa, bahasa atau konsep matematis. Bila seseorang telah mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk mengorganisasikan gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan. Proses menghubung-hubungkan dan mengorganisasikan konsep yang satu dengan yang lain dilakukan melalui kemampuan kognitif.
d. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan ini sebenamya telah ada sejak dulu, bahwa di dalam kelas mesti
terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa (melibatkan siswa secara
aktif). Hanya saja siswa itulah yang berbeda. Kalau dahulu guru lebih banyak
menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini
dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Siswa pada
hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas,
maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi
itu, meskipun sederhana. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan
pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh
konsep. Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan memproses perolehan,
siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendi fakta dan konsep serta
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti
inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Hakekat pada CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya.
2. Berdasarkan Pertimbangan Proses Pengolahan Pesan.
a. Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
b. Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
3. Berdasarkan Pertimbangan Pihak Pengolah Pesan.
a. Strategi Ekspositorik. Dengan Strategi Ekspositorik bahan atau materi pelajaran diolah oleh guru. Siswa tinggal “terima jadi” dari guru. Dengan Strategi Ekspositorik guru yang mencari dan mengolah bahan pelajaran, yang kemudian menyampaikannya kepada siswa. Strategi Ekspositorik dapat digunakan di dalam mengajarkan berbagai materi pelajaran, kecuali yang sifatnya pemecahan masalah.
b. Strategi Heuristik. Dengan Strategi Heuristik bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan.
Strategi Heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran termasuk pemecahan masalah. Dengan Strategi Heuristik diharapkan siswa bukan hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri, terbuka. Strategi Heuristik terbagai atas diskoveri dan Inkuiri.
4. Berdasarkan Pertimbangan Pengaturan Guru
a. Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa.
b. Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa.
Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.
5. Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa
a. Strategi Klasikal
b. Strategi Kelompok Kecil
c. Strategi Individual.
6. Atas Dasar Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa.
a. Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.
b. Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.
Hakekat pada CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya.
2. Berdasarkan Pertimbangan Proses Pengolahan Pesan.
a. Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
b. Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
3. Berdasarkan Pertimbangan Pihak Pengolah Pesan.
a. Strategi Ekspositorik. Dengan Strategi Ekspositorik bahan atau materi pelajaran diolah oleh guru. Siswa tinggal “terima jadi” dari guru. Dengan Strategi Ekspositorik guru yang mencari dan mengolah bahan pelajaran, yang kemudian menyampaikannya kepada siswa. Strategi Ekspositorik dapat digunakan di dalam mengajarkan berbagai materi pelajaran, kecuali yang sifatnya pemecahan masalah.
b. Strategi Heuristik. Dengan Strategi Heuristik bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan.
Strategi Heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran termasuk pemecahan masalah. Dengan Strategi Heuristik diharapkan siswa bukan hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri, terbuka. Strategi Heuristik terbagai atas diskoveri dan Inkuiri.
4. Berdasarkan Pertimbangan Pengaturan Guru
a. Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa.
b. Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa.
Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.
5. Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa
a. Strategi Klasikal
b. Strategi Kelompok Kecil
c. Strategi Individual.
6. Atas Dasar Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa.
a. Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.
b. Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah
laku.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model
pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model
pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran
Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran
berbasis projek (Project Based Learning), dan model
pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).
Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
§
Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap
pada KI-1 dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
KD-3 dan/atau KD-4.
§
Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik
KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan
kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk
memgembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
§
Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan
pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/
collecting information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).
Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan
pendekatan saintifik (5M).
Model Inquiry Learning
Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
1. Observasi/Mengamati
berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata
pelajaran tertentu.
2. Mengajukan pertanyaan
tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk
mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman,
atau melalui sumber yang lain.
3. Mengajukan dugaan atau
kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau
melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
4. Mengumpulkan data yang
terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada kegiatan
tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai
dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5. Merumuskan
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis,
sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Model Discovery Learning.
1. Stimulation (memberi
stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan,
atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang
akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar mengamati
pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat
gambar.
2. Problem Statement
(mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan
menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini
peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan
merumuskan masalah.
3. Data Collecting
(mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman
mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan
solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih
ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk
mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu
alternatif mengalami kegagalan.
4. Data Processing
(mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk
mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk
diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih
keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5. Verification
(memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran
atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain
bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari
buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6. Generalization
(menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk
menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan
yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi
peserta didik.
Problem Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Mengorientasi peserta
didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah
yang menjadi objek pembelajaran.
2. Mengorganisasikan
kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar
peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap
malasalah kajian.
3. Membimbing
penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan
percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau
menyelesaikan masalah yang dikaji.
4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari
percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
5. Analisis dan evaluasi
proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap
masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
Project Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan pertanyaan
atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik
mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
2. Mendesain perencanaan
proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu
perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
3. Menyusun jadwal sebgai
langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang
dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
4. Memonitor kegiatan dan
perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan
perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
5. Menguji hasil. Fakta
dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari
berbagai sumber.
6. Mengevaluasi
kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai
acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata
pelajaran lain.
Sumber : Paduan Pengembangan
RPP-Direktorat Pembinaan SMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar